Minggu, 12 Oktober 2014

Penatalaksanaan Terapi Inhalasi dengan Nebulizer

Sumber : http://bheboth.wordpress.com
 
Terapi inhalasi menurut kamus kesehatan adalah penggunaan agen inhalasi untuk mengobati penyakit dan kondisi pernapasan. Tujuan terapi inhalasi adalah meningkatkan fungsi pernafasan dan paru-paru untuk mengurangi gejala masalah pernapasan kronis, seperti asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan emfisema. Fisioterapi juga menggunakan terapi inhalasi untuk mengatasi problematika fisioterapi.

Nebulizer sendiri merupakan perangkat yang berisikan obat cair yang berubah menjadi kabut halus dan mudah terhirup kedalam saluran udara dan paru-paru melalui masker wajah atau dengan corong/mouthpiece (www.kidshealth.org). Dengan menggunakan Nebulizer, pemberian obat menjadi lebih efisien karena dengan nebulasi yang tinggi menjamin durasi pemberian obat yang lebih optimal dan juga dengan pemakaian nebuliser akan meninggalkan sedikit sisa obat. Alat Nebulizer ini akan mengeluarkan uap untuk di semprotkan atau di hirup oleh pasien.

Indikasi:
Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket.
Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol.
Pada penyakit Asma dan Chronic Obstructive pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi merupakan terapi pilihan. Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi kenyamanan dalam penggunaan, cara terapi MDI banyak disukai pasien karena obat dapat mudah di bawa ke mana-mana. Kemasan obat juga menguntungkan karena dalam satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan
 
Pengenalan Bagian Alat
Alat yang saya jelaskan dengan menggunakan merek OMRON model NE-C28, sebelum masuk ke tahap penatalaksanaan terapi, kita harus tahu bagian-bagian dari alat tersebut.

Secara umum alat terbagi atas compressor (main unit), air tube dan nebulizing parts

Prosedur Pelaksanaan
  • Mempersiapkan Nebulizer
 1. Pastikan alat dalam keadaan posisi "OFF", dan pastikan kabel belum terpasang dengan sumber listrik.


2. Lepaskan mouthpiece dan cap dari nebulizer kit


3. Lepaskan bagian atas nebulizer dengan cara (1) putar bagian atas nebulizer kit berlawanan arah jarum jam. (2) Kemudian tarik bagian atas nebulizer kit.

 
4. Angkat baffle
 
 
5. Tuangkan obat sesuai dosisi (kapasitas dari medication cup 2 - 7 ml).

 
6. Pasang kembali baffle pada tempatnya
 
7. Pasang kembali bagian atas nebulizer kit dengan cara:
    (1) Putar bagian atas nebulizer kit
 
 
    (2) Putar searah jarum jam sampai bunyi "klik"
 
8. Pasang jenis alat inhalasi yang akan digunakan.
9. Pasang selang
    (1) Hubungkan selang pada "air connector" pada sisi depan alat
    (2) Hubungkan bagian ujung selang yang lain pada bagian bawah nebulizer kit



Catatan:
Pastikan selang udara sudah terpasang dengan benar, jika tidak udara akan keluar dari selang selama pemakaian. Hati-hati, jangan sampai obat tumpah saat selang dipasang.
Pastikan posisi nebulizer kit tetap TEGAK LURUS.

  • Penatalaksanaan Terapi
 Pegang nebulizer kit secara tegak lurus, jangan memiringkan nebulizer kit melebihi 45 derajat. kemudian tekan tombol ON, kompresor akan hidup dan nebulizer akan segera bekerja.

Catatan:
Jangan menutup lubang ventilasi pada kompresor serta jangan menutup air filter.

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat), isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan seperti natrium kromolin (Intal) (Rab T, 1996).

Daftar Pustaka

  1. Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. 1995; 6.
  2. Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. Prosedur Tindakan Bidang Paru dan Pernapasan–Diagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi FKUI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001; 59-64.
  3. Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Qlintang S, Ed. Hipokrates. Jakarta. 1996; 674-81.
  4. Inhalation Therapy. Available from: URL: http://www.unc/~chooper/classes/voice/webtherapy/inhalationtx.html














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

VISITOR

free counters